cctv

Sabtu, 19 Mei 2012

Silaturahmi


Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam pernah ditanya tentang amalan yang dapat memasukkan ke dalam surga, lantas Rasul menjawab,
تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا ، وَتُقِيمُ الصَّلاَةَ ، وَتُؤْتِى الزَّكَاةَ ، وَتَصِلُ الرَّحِمَ

"Sembahlah Allah, janganlah berbuat syirik pada-Nya, dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan jalinlah tali silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)." (HR. Bukhari no. 5983)
Dari Abu Bakroh, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِى الدُّنْيَا - مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ - مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ

"Tidak ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang tua dan kerabat)" (HR. Abu Daud no. 4902, Tirmidzi no. 2511, dan Ibnu Majah no. 4211, shahih)
Abdullah bin ’Amr berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الْوَاصِلُ بِالْمُكَافِئِ ، وَلَكِنِ الْوَاصِلُ الَّذِى إِذَا قَطَعَتْ رَحِمُهُ وَصَلَهَا 

Seorang yang menyambung silahturahmi bukanlah seorang yang membalas kebaikan seorang dengan kebaikan semisal. Akan tetapi seorang yang menyambung silahturahmi adalah orang yang berusaha kembali menyambung silaturahmi setelah sebelumnya diputuskan oleh pihak lain.” (HR. Bukhari no. 5991)
Abu Hurairah berkata, "Seorang pria mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berkata, "Wahai Rasulullah, saya punya keluarga yang jika saya berusaha menyambung silaturrahmi dengan mereka, mereka berusaha memutuskannya, dan jika saya berbuat baik pada mereka, mereka balik berbuat jelek kepadaku, dan mereka bersikap acuh tak acuh padahal saya bermurah hati pada mereka". Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab, "Kalau memang halnya seperti yang engkau katakan, (maka) seolah- olah engkau memberi mereka makan dengan bara api dan pertolongan Allah akan senantiasa mengiringimu selama keadaanmu seperti itu.” (HR. Muslim no. 2558)
Abdurrahman ibnu 'Auf berkata bahwa dia mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ

"Allah ’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya." (HR. Ahmad 1/194, shahih lighoirihi).
Dari Abu Hurairah, Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ

"Siapa yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung silaturrahmi." (HR. Bukhari no. 5985 dan Muslim no. 2557)
Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ

"Siapa yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan mencintainya." (Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Memang terjadi salah kaprah mengenai istilah silaturahmi di tengah-tengah kita sebagaimana yang dimaksudkan dalam hadits-hadits di atas. Yang tepat, menjalin tali silaturahmi adalah istilah khusus untuk berkunjung kepada orang tua, saudara atau kerabat. Jadi bukanlah istilah umum untuk mengunjungi orang sholeh, teman atau tetangga. Sehingga yang dimaksud silaturahmi akan memperpanjang umur adalah untuk maksud berkunjung kepada orang tua dan kerabat. Ibnu Hajar dalam Al Fath menjelaskan, "Silaturahmi dimaksudkan untuk kerabat, yaitu yang punya hubungan nasab, baik saling mewarisi ataukah tidak, begitu pula masih ada hubungan mahrom ataukah tidak." Itulah makna yang tepat.
Wallahu waliyyut taufiq.


Menangis Karena Takut Kepada Allah


Menangis karna takut kepada Allah (menagislah!)

Nabishallallahu ‘alaihiwasallambersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang menangis karena merasa takut kepada Allah sampai susu (yang telah diperah) bias masuk kembali ketempat keluarnya.” (HR. Tirmidzi).

Rasulullahshallallahu ‘alaihiwasallam
juga bersabda, “Ada 7 golongan yang akan di naungi oleh Allah pada hari ketika tidak ada naungan kecuali naungan-Nya;
1. Seorang pemimpin yang adil,
2. seorang pemuda yang tumbuh dalam [ketaatan] beribadah kepada Allah ta’ala, 3. Seorang lelaki yang hatinya bergantung di masjid, 4 .dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya,
5. seorang lelaki yang di ajak oleh seorang perempuan berkedudukan dan cantik [untukberzina] akan tetapi dia mengatakan, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah’,
6. seorang yang bersedekah secara sembunyi-sumbunyi sampai-sampai tangan kiri nya tidak tahu apa yang di infakkan oleh tangan kanannya, dan
7. seorang yang mengingat Allah di kala sendirian sehingga kedua matanya mengalirkan air mata (menangis).” (HR. Bukharidan Muslim).

Rasulullahshallallahu ‘alaihiwasallam
juga bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka; mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam [jihad] di jalan Allah.” (HR. Tirmidzi).

Nabishallallahu ‘alaihiwasallam
bersabda, “Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah selain dua jenis tetesan air dan dua bekas [padatubuh]; yaitu tetesan air mata karena perasaan takut kepada Allah, dan tetesan darah yang mengalir karena berjuang [berjihad] di jalan Allah. Adapun dua bekas itu adalah; bekas/luka pada tubuh yang terjadi akibat bertempur di jalan Allah dan bekas pada tubuh yang terjadi karena mengerjakan salah satu kewajiban yang diberikanoleh Allah.” (HR. Tirmidzi)

Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma
mengatakan, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku sukai dari pada berinfak uang seribu dinar!”.

Ka’ab bin al-Ahbarrahimahullah
mengatakan, “Sesungguhnya mengalirnya air mata ku sehingga membasahi kedua pipiku karena takut kepada Allah itu lebih aku sukai dari pada aku berinfak emas yang besar nya seukuran tubuhku.”
bersambungngngngng.

Dari Ubaidullah bin Umairrahimahullah, suatu saat dia pernah bertanya kepada Aisyah radhiyallahu’anha, “Kabarkanlah kepada kami tentang sesuatu yang pernah engkau lihat yang paling membuatmu kagum padadiri Rasulullahshallallahu ‘alaihiwasallam?”. Maka ‘Asiyah pun terdiam lalu mengatakan, “Pada suatu malam, beliau (nabi) berkata, ‘WahaiAisyah, biarkanlah malam ini aku sendirian untuk beribadah kepada Rabbku.’Makaakukatakan, ‘Demi Allah, sesungguhnya saya sangat senang dekat dengan anda.Namun saya juga merasa senang apa yang membuat anda senang.’Aisyahmenceritakan, ‘Kemudian beliau bangkit lalu bersuci dan kemudian mengerjakan shalat.’Aisyah berkata, ‘Beliau terus menerus menangis sampai-sampai basahlah bagian depan pakaian beliau!’.Aisyah mengatakan, ‘Ketika beliau duduk [dalamshalat] maka beliau masih terus menangis sampai-sampai jenggotnya pun basah oleh air mata!’.Aisyah melanjutkan, ‘Kemudian beliau terus menangis sampai-sampai tanah [tempatbeliaushalat] pun menjadi ikut basah [karenatetesan air mata]!”.Lalu datanglah Bilal untuk mengumandangkan adzan shalat (Subuh).Ketika dia melihat Rasulullahshallallahu ‘alaihiwasallam menangis, Bilal pun berkata, ‘WahaiRasulullah, anda menangis? Padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu maupun yang akan datang?!’.Maka Nabi pun menjawab, ‘Apakah aku tidak ingin menjadi hamba yang pandai bersyukur?! Sesungguhnya tadi malam telah turun sebuah ayat kepad aku, sungguh celaka orang  yang  tidak membacanya dan tidak merenungi kandungannya!  Yaitu ayat (yang artinya), “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi….dst sampai selesai” (QS. Ali Imran : 190).” (HR. IbnuHiban).

Mu’adzradhiyallahu’anhu pun suatu
ketika pernah menangis tersedu-sedu.Kemudian ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?”. Maka beliau menjawab, “ Karena Allah ‘azzawajallahanya mencabut dua jenis nyawa. Yang satu akan masuk surge dan satunya akan masuk kedalam neraka. Sedangkan aku tidak tahu akan termasuk golongan manakah aku di antara kedua golongan itu?”.

al-Hasan al-Bashri
rahimahullah pun pernah menangis, dan ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuat mumenangis?”. Maka beliau menjawab, “Aku khawatir besok Allah akan melempar kan diri ku kedalam neraka dan tidak memperdulikankulagi.”

Abu Musa al-Asya’riradhiyallahu’anhu
suatu ketika memberikan khutbah di Bashrah, dan di dalam khutbahnya dia bercerita tentang neraka. Maka beliau pun menangiss ampai-sampai air matanya membasahi mimbar! Dan pada hari itu orang-orang (yang mendengarkan) pun menangis dengan tangisan yang amat dalam.

Abu Hurairah
radhiyallahu’anhu menangis pada saat sakitnya [menjelangajal]. Maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis?!”.Maka beliau menjawab, “Aku bukan menangis gara-gara dunia kalian [yang akankutinggalkan] ini. Namun, aku menangis karena jauhnya perjalanan yang akan aku lalui sedangkan bekal ku teramat sedikit, sementara bias jadi nanti sore aku harus mendaki jalan kesurga atau neraka, dan aku tidak tahu akan kemana kah digiring diriku nanti?”.

Suatu
malam al-Hasan al-Bashri rahimahullah terbangun dari tidurnya lalu menangis sampai-sampai tangisan nya membuat segenap penghuni rumah kaget dan terbangun. Maka mereka pun bertanya mengenai keadaan dirinya, dia menjawab, “Aku teringat akan sebuah dosaku, maka aku pun menangis.”