HERPES ZOSTER
2.1.
Definisi
a.
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit
dengan sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
b.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak,
cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster
yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang
terjadi setelah infeksi primer kadang-kadang infeksi berlangsung sub kronis.
c.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah
suatu penyakit sporadik yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh
reaksi peradangan radiks posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok
vesikel di atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.
d.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit
akut yang disebabkan oleh virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu
tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
2.2.
Penyebab
Virus
yang disangka sejenis dengan virus penyebab varisella. Virus tersebut
menyebabkan radang ganglion radiks posterior.
2.3.
Pencetus
Penurunan
imunitas pada :
1.
Keganasan
2.
Radiasi
3.
Imuro suppressive
4.
Penggunaan kortikosteroid yang lama
2.4.
Patogenesis
Masa
tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul
berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan
syaraf tepi dan ganglion kronialis.
Lokasi
kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus
menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala
gangguan motorik.
2.5.
Manifestasi Klinik
1.
Gejala prodormal
Gejala
sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal,
pegal dsb) pada dermatom yang terserang.
2. Stadium
Timbul
popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan
vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan
yang jernih.
2.6.
Stadium Krutasi
Vesikel
menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel
mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu
1-2 minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyumbatan tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama
pada orangtua yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri
Khas :
§
Nyeri radikuler
§
Unilateral
§
Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan
dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala
lainnya :
§
Pembesaran KGB regional
§
Kelainan motorik berupa kelainan sentral
daripada perifer
§
Fuper parostesi pada daerah yang terkena
§
Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus
(dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari gangguan
garikulotum)
2.7.
Klasifikasi Herpes Zoster
a. Herpes Zoster Optalnikus
terjadi infeksi cabang pertama N.
Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang
menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
b. Sindrom Ramsay Hurt
Diakibatkan gangguan N. Fasiolis
dan optikus sehingga memberikan gejala
paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan,
kliris vertigo, gangguan pendengaran,
regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
c. Herpes Zoster Abortif
Berlangsung dalam waktu singkat
dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
d. Herpes
Zoster Generaligata
Kelainan
kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata
berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada
orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya
penderita : Umforra malignum.
2.8.
Komplikasi
Pada
usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.
2.9.
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.
2.10.
Diagnosa Banding
·
Herpes simplek
·
Varicella
·
Dermatis Contacta alergika
·
Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus
vulgaris
·
Dermatis herpenformis dan dutega
·
Bulos pumfigord
2.11.
Penatalaksanaan
1.
Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk
nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
2.
Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus
terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
3.
Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah
timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
4.
Therapi topical bergantung pada stadium :
a.
Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
b.
Bila erosif
diberikan kompres terbuka.
c.
Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5.
Kompres pada daerah yang terserang :
a.
Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%,
Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%.
b.
Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6.
Istirahat
2.12.
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
DS : Pada stadium
predermal/klien mengeluh nyeri otot , lemas.
DO : Klien tampak malaise,
aktivitas klien tampak terbatas.
2. Eliminasi
DS : Tidak ada perubahan pola
eliminasi.
DO : -
3. Sirkulasi
DO : Ada eritema daerah
dermatom yang terserang pada awal gejala kemerahan.
DS : Klien merasa panas pada
daerah yang terserang.
4. Nutrisi
DS : Adanya kehilangan nafsu
makan, kehilangan sensasi pada lidah.
DO : Penurunan berat badan.
5. Neurologi
DS : Adanya pusing, nyeri,
menurunnya penglihatan, gangguan penciuman, neuralgia hebat pada orang tua.
DO : Paralise wajah, sukar
berkomunikasi secara verbal, pendengaran berkurang, paralise otot intrinsik dan
ekstrinsik mata.
6. Integumen
DS : Klien mengeluh ada
perubahan pada dirinya berupa tidak ada rasa pada daerah yang terserang.
DO : Pada stadium prodormal
belum terlihat kelainan pada kulit dan akar muncul pada stadium erupsi berupa
popula - vesikel berisi cairan yang jernih serta pada stadium krusta berbentuk
vesikel, purulen, prostula, krusta – ulpus – sikatrik.
7. Psikologik
DS : Klien merasa tidak
berselera, tidak ada harapan merasa menarik dengan keadaannya.
DO : Tidak kooperatif labil,
moral kesukaran mengekspresikan perasaannya perubahan citra tubuh.
8. Interaksi
sosial
Kerusakan komunikasi, sukar
bicara, perubahan peran.
9. Kenyamanan/nyeri
DS : Nyeri radikuler.
DO : Gelisah dan ekspresi wajah
tegang.
10. Pendidikan
kesehatan
DS : Adanya riwayat varisella,
gangguan kontrikosteroid lama.
Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan :
1.
Gejala, gejala kurik.
2.
Sitologi (64% Tzarck sinear +) adanya sel raksasa yang
multi lokuler dan sel akan tolitek.
3.
Kultur virus (lembaga virology)
b. Diagnosa Keperawatan
1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
prunitus.
2.
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan erupsi dermal
dan prunitus.
3.
Resiko terhadap penularan infeksi baru berhubungan
dengan sifat menular dari organisme.
4.
Perasaan rendah diri.
5.
Resiko terhadap ketidak aktifan pelaksanaan aturan
therapeutika berhubungan dengan ketidak cukupan tentang kondisi (penyabab
perjalanan penyakit) pencegahan, pengobatan dan perawatan kulit.
c. Intervensi
1. Dx 1 : Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan
lesi dan prunitus.
Tujuan : Lesi mulai pulih
dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit besih kering.
Intervensi :
-
Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman, warna, cairan setiap
4 jam.
-
Perhatikan teknik aseptic.
-
Gunakan kompres basah/kering.
-
Pantau suhu tiap 4 jam, laporkan ke dokter jika ada
peningkatan.
2. Dx 2 : Resiko terhadap penularan infeksi.
Tujuan : Penularan
infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
-
Cuci tangan sesudah dan sebelum tindakan
-
Perhatikan kebersihan lokal.
-
Pemberian antibiotik untuk mencegah perluasan bakteri
dan infeksi.
3. Dx 3 : Perasaan rendah diri berhubungan dengan
perubahan penampilan tubuh.
Tujuan :
-
Mengungkapakan perasaan dan pikiran mengenai diri
-
Mengidentifikasi 2 atribut positif mengenai diri.
Intervensi : a. Tetapkan
hubungan saling percaya perawat klien.
-
Dorong individu untuk mengekpresikan perasaan khususnya
mengenai cara dia memandang dirinya.
-
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi
yang diberikan.
-
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu menganai
diri : Perawatan atau pemberi perawatan
-
Berikan privasi dan lingkungan yang nyaman.
b. Tingkatkan interaksi sosial
-
Bantu klien untuk menerima bantuan dari orang lain.
-
Dukung keluarga sewaktu mereka beradaptasi.
c. Gali kekuatan dan sumber-sumber individu.
d. Diskusikan harapan ! Gali alternatif
realitas
d. Implementasi
Tindakan perawatan dilaksanakan berdasarkan masalah
yang ada pada klien.
2.1.
Definisi
a.
Menurut Purrawan Juradi, dkk (1982) herpes zoster adalah radang kulit
dengan sifat khasnya yaitu terdapat vesikel yang tersusun berkelompok sepanjang
persyarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan biasanya unilateral.
b.
Menurut Arif Mansyur, herpes zoster (campak,
cacar ular) adalah penyakit yang disebabkan infeksi virus varicella. Zoster
yang menyerang kulit dan mukosa infeksi ini merupakan reaktivitas virus yang
terjadi setelah infeksi primer kadang-kadang infeksi berlangsung sub kronis.
c.
Menurut Jewerz .E. dkk (1984) herpes zoster adalah
suatu penyakit sporadik yang melemahkan pada orang dewasa yang ditandai oleh
reaksi peradangan radiks posterior syaraf dan ganglia. Diikuti oleh kelompok
vesikel di atas kulit yang dipersyarafi oleh syaraf sensorik yang terkena.
d.
Menurut Peruus herpes zoster adalah radang kulit
akut yang disebabkan oleh virus Varisella zoster dengan sifat khas yaitu
tersusun sepanjang persyarafan sensorik.
2.2.
Penyebab
Virus
yang disangka sejenis dengan virus penyebab varisella. Virus tersebut
menyebabkan radang ganglion radiks posterior.
2.3.
Pencetus
Penurunan
imunitas pada :
1.
Keganasan
2.
Radiasi
3.
Imuro suppressive
4.
Penggunaan kortikosteroid yang lama
2.4.
Patogenesis
Masa
tunasnya 7-12 hari masa aktif penyakit berupa lesi baru dan yang tetap timbul
berlangsung kira-kira 1-2 minggu virus berdiam di ganglion posterior susunan
syaraf tepi dan ganglion kronialis.
Lokasi
kelainan kulit sekitar daerah persyarafan ganglion kadang-kadang virus
menyerang gangguan arterior bagian motorik kranolis sehingga memberikan gejala
gangguan motorik.
2.5.
Manifestasi Klinik
1.
Gejala prodormal
Gejala
sistemik seperti demam, pusing, malaise, dan lokal (nyeri otot, tulang, gatal,
pegal dsb) pada dermatom yang terserang.
2. Stadium
Timbul
popula atau plakat berbentuk urtika setelah 1-2 hari akan timbul gerombolan
vesikel dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema vesikel air berisi cairan
yang jernih.
2.6.
Stadium Krutasi
Vesikel
menjadi puruler dapat menjadi pustula dan krusta kadang-kadang vesikel
mengandung darah disebut herpes zoster haemorasik krusta akan lepas dalam waktu
1-2 minggu dapat timbul infeksi sekunder sehingga menimbulkan ulkus dengan
penyumbatan tanpa sikasrek sering terjadi neuralgia pasca hepatica terutama
pada orangtua yang dapat berlangsung berbulan-bulan yang bersifat sementara.
Ciri
Khas :
§
Nyeri radikuler
§
Unilateral
§
Gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dengan
dermatom yang meruasi oleh satu ganglion syaraf sensorik.
Gejala
lainnya :
§
Pembesaran KGB regional
§
Kelainan motorik berupa kelainan sentral
daripada perifer
§
Fuper parostesi pada daerah yang terkena
§
Kelainan pada muka akibat gangguan trigenirus
(dengan gangguan gaseri) atau n. fasialis & optikus (dari gangguan
garikulotum)
2.7.
Klasifikasi Herpes Zoster
a. Herpes Zoster Optalnikus
terjadi infeksi cabang pertama N.
Trigenirus yang menimbulkan kelainan pada mata cabang kedua dan ketiga yang
menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.
b. Sindrom Ramsay Hurt
Diakibatkan gangguan N. Fasiolis
dan optikus sehingga memberikan gejala
paralysis otot muka (paralisis Bell) kelainan kulit sesuai tingkat persyarafan,
kliris vertigo, gangguan pendengaran,
regtagnius dan raisea juga terdapat gangguan pengecapan.
c. Herpes Zoster Abortif
Berlangsung dalam waktu singkat
dan kelainan kulitnya hanya berupa beberapa vesikel dan eritem.
d. Herpes
Zoster Generaligata
Kelainan
kulit unilateral dan segmental ditambah yang menyebar secara generalisata
berupa vesikel soliter dan ada umbilikasi. Kasus ini terutama terjadi pada
orang tua atau pada orang yang kondisi fisiknya sangat lemah, misalnya
penderita : Umforra malignum.
2.8.
Komplikasi
Pada
usia diatas 40 tahun kemungkinan terjadi neuralgia pasca herpetic.
2.9.
Pemeriksaan Penunjang
Pada
pemeriksaan percobaan T. Zarck dapat ditemukan sel dativa berinti banyak.
2.10.
Diagnosa Banding
·
Herpes simplek
·
Varicella
·
Dermatis Contacta alergika
·
Penyakit dengan efloresersi bulla ; pemfisus
vulgaris
·
Dermatis herpenformis dan dutega
·
Bulos pumfigord
2.11.
Penatalaksanaan
1.
Therapi sistemik umumnya bersifat simptomatik untuk
nyeri diberikan analgetik jika disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik.
2.
Bila syaraf oftalnikus cabang dari syaraf trigenirus
terkena muka dirujuk ke arah mata karena dapat terjadi perporasi kornea.
3.
Pemberian kortikosteroid sistemik diri dapat mencegah
timbulnya neuralgia post herpatica dan untuk mencegah fibrosis garcialia.
4.
Therapi topical bergantung pada stadium :
a.
Stadium vesikel agar tidak terjadi infeksi sekunder.
b.
Bila erosif
diberikan kompres terbuka.
c.
Bila ulserasi dapat diberikan salep antibiotik.
5.
Kompres pada daerah yang terserang :
a.
Bila lokal kering, bedak berisi aodum berikulm 10%,
Oksisum Zursi 10% dan mentol 1%.
b.
Bila basah kompres garam tadi, kompres solutio burowl
6.
Istirahat
2.12.
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
DS : Pada stadium
predermal/klien mengeluh nyeri otot , lemas.
DO : Klien tampak malaise,
aktivitas klien tampak terbatas.
2. Eliminasi
DS : Tidak ada perubahan pola
eliminasi.
DO : -
3. Sirkulasi
DO : Ada eritema daerah
dermatom yang terserang pada awal gejala kemerahan.
DS : Klien merasa panas pada
daerah yang terserang.
4. Nutrisi
DS : Adanya kehilangan nafsu
makan, kehilangan sensasi pada lidah.
DO : Penurunan berat badan.
5. Neurologi
DS : Adanya pusing, nyeri,
menurunnya penglihatan, gangguan penciuman, neuralgia hebat pada orang tua.
DO : Paralise wajah, sukar
berkomunikasi secara verbal, pendengaran berkurang, paralise otot intrinsik dan
ekstrinsik mata.
6. Integumen
DS : Klien mengeluh ada
perubahan pada dirinya berupa tidak ada rasa pada daerah yang terserang.
DO : Pada stadium prodormal
belum terlihat kelainan pada kulit dan akar muncul pada stadium erupsi berupa
popula - vesikel berisi cairan yang jernih serta pada stadium krusta berbentuk
vesikel, purulen, prostula, krusta – ulpus – sikatrik.
7. Psikologik
DS : Klien merasa tidak
berselera, tidak ada harapan merasa menarik dengan keadaannya.
DO : Tidak kooperatif labil,
moral kesukaran mengekspresikan perasaannya perubahan citra tubuh.
8. Interaksi
sosial
Kerusakan komunikasi, sukar
bicara, perubahan peran.
9. Kenyamanan/nyeri
DS : Nyeri radikuler.
DO : Gelisah dan ekspresi wajah
tegang.
10. Pendidikan
kesehatan
DS : Adanya riwayat varisella,
gangguan kontrikosteroid lama.
Pemeriksaan Diagnostik
Berdasarkan :
1.
Gejala, gejala kurik.
2.
Sitologi (64% Tzarck sinear +) adanya sel raksasa yang
multi lokuler dan sel akan tolitek.
3.
Kultur virus (lembaga virology)
b. Diagnosa Keperawatan
1.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
prunitus.
2.
Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan erupsi dermal
dan prunitus.
3.
Resiko terhadap penularan infeksi baru berhubungan
dengan sifat menular dari organisme.
4.
Perasaan rendah diri.
5.
Resiko terhadap ketidak aktifan pelaksanaan aturan
therapeutika berhubungan dengan ketidak cukupan tentang kondisi (penyabab
perjalanan penyakit) pencegahan, pengobatan dan perawatan kulit.
c. Intervensi
1. Dx 1 : Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan
lesi dan prunitus.
Tujuan : Lesi mulai pulih
dan area bebas dari infeksi lanjut, kulit besih kering.
Intervensi :
-
Kaji kerusakan, ukuran, kedalaman, warna, cairan setiap
4 jam.
-
Perhatikan teknik aseptic.
-
Gunakan kompres basah/kering.
-
Pantau suhu tiap 4 jam, laporkan ke dokter jika ada
peningkatan.
2. Dx 2 : Resiko terhadap penularan infeksi.
Tujuan : Penularan
infeksi tidak terjadi.
Intervensi :
-
Cuci tangan sesudah dan sebelum tindakan
-
Perhatikan kebersihan lokal.
-
Pemberian antibiotik untuk mencegah perluasan bakteri
dan infeksi.
3. Dx 3 : Perasaan rendah diri berhubungan dengan
perubahan penampilan tubuh.
Tujuan :
-
Mengungkapakan perasaan dan pikiran mengenai diri
-
Mengidentifikasi 2 atribut positif mengenai diri.
Intervensi : a. Tetapkan
hubungan saling percaya perawat klien.
-
Dorong individu untuk mengekpresikan perasaan khususnya
mengenai cara dia memandang dirinya.
-
Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi
yang diberikan.
-
Perjelas berbagai kesalahan konsep individu menganai
diri : Perawatan atau pemberi perawatan
-
Berikan privasi dan lingkungan yang nyaman.
b. Tingkatkan interaksi sosial
-
Bantu klien untuk menerima bantuan dari orang lain.
-
Dukung keluarga sewaktu mereka beradaptasi.
c. Gali kekuatan dan sumber-sumber individu.
d. Diskusikan harapan ! Gali alternatif
realitas
d. Implementasi
Tindakan perawatan dilaksanakan berdasarkan masalah
yang ada pada klien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar